Kiai Kocak VS Kaum Liberal

About Kiai Kocak VS Kaum Liberal

Aplikasi Android ini adalah Penjelasan Tentang Kiai Kocak VS Kaum Liberal Kumpulan Kisah Lucu Yang Sangat Bermutu Oleh Abdul Mutaqin. Dalam format Pdf.

Meski kampungan, Kyai Adung mengikuti wacana pemikiran Islam masa kini. la kaget, wacana pemikiran Islam yang dibacanya dari intemet dan buku-buku sudah jauh sekali melompati batas kekolotannya. Apalagi saat menemukan beberapa pemikiran yang menghantam akidah, Kyai Adung melongo, gagap, dart kelu lidahnya.

Sejak kapan orang Islam berani ngomong bahwa Al-Qur'an bukan lagi Kitab Suci? Sejak kapan seorang profesor Islam ngomong homoseks alias hombreng itu sehat dart halal? Sejak kapan keharaman menikah dengan nonmuslim dianggap sudah usang? Sejak kapan wanita bisa jadi khatib dart imam Jumat? Sejak kapan orang kafir bukan orang di luar Islam, tetapi orang yang menyembah tuhan yang sama dengan kita? Sejak kapan pula orang Islam bisa seenaknya ngomong ada Area Bebas Tuhan'? Apa maksudnya Islam bukan satu-satunya jaminan keselamatan? Sejak kapan, euy?

Kyai Adung galau stadium empat. Apalagi setelah tahu bahwa orang-orang yang punya pikiran kayak gitu bukan orang biasa-biasa seperti dirinya. Tetapi, mereka para kaum terpelajar, profesor, doktor, cendekiawan, dosen perguruan tinggi Islam, kyai, anak keturunan kyai dan santri, dan lain-lain. Bagaimana tidak galau, coba! Orangorang yang semestinya membimbing umat agar akidahnya kuat, malah bikin umat ragu pada keislamannya.

Zaman makin edan. Dunia seperti mendekati masa kehancuran.

Ditengah kegalauan itu, Kyai Adung menemukan bacaan dari para sarjana yang ikhlas, berilmu, rendah hati, saleh, yang kadar keilmuannya juga tidak kalah hebat dari mereka yang sering disebut orang muslim "pengidap" sepilis (sekuler dart pluralisme) itu.

Dari tulisan-tulisan dan buku-buku mereka, Kyai Adung banyak belajar. Tulisan dan buku-buku itu bagaikan pengusir galau dan menimbul rasa senang yang berkepanjangan.

Kyai Adung lalu mengajak siapa saja dari kawankawannya yang terpelajar itu untuk bersikap hati-hati. Jangan mudah terpesona dengan pemikiran yang terlihat gagah, modern, dan mentereng. Apalagi ikut-ikutan mendukung pemikiran itu hanya karena ingin dianggap kritis, intelek, modern, dart sebagainya. Bahkan, kita bisa masuk jurang pemikiran yang membuat 'krisis iman' seumur hidup.

Kita jangan terlalu mudah menerima dalih bahwa , perbedaan dalam ranah akademis itu sah-sah saja, kalau ' ° Bujung-ujungnya malah menghujat Al-Qur'an, menghina para sahabat, dart merendahkan Islam itu sendiri. Kalau sanggup, berjuanglah dengan kapasitas intelektual masing-masing untuk menjawab kerancuan pemikiran itu. Kalau kita tidak punya kapasitas akademis seperti para sarjana itu, berdoa saja semoga mereka bisa kembali rujuk dengan pendapat yang sudah menjadi ijma' ulama.

Tapi, kalau diam dan berdoa saja, kayaknya tetap saja bikin kita mangkel bin dongkol. Mau dilawan, nggak punya cukup bekel. Nggak dilawan, bikin hati kesel.
"Terus, gimana Kyai?"
"Ya, jailin aja!"
"Jailin, gimana?"

Selamat menjaili!


Mudah-mudahan isi materi dari Aplikasi ini dapat bermanfaat untuk introspeksi diri dan berbenah yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Mohon berikan kami Ulasan dan masukan untuk perkembangan Aplikasi Ini, Berikan Nilai Bintang 5 untuk memberi rasa semangat pada kami dalam mengembangkan aplikasi-aplikasi bermanfaat lainnya.

Selamat membaca.



Disclaimer :
Semua konten dalam aplikasi ini bukan merek dagang kami. Kami hanya mendapatkan konten dari mesin pencari dan situs web. Hak cipta dari semua konten dalam aplikasi ini sepenuhnya dimiliki oleh pencipta yang bersangkutan. Kami bertujuan untuk berbagi ilmu dan memudahkan belajar bagi pembaca dengan aplikasi ini, jadi tidak ada fitur download dalam aplikasi ini. Jika Anda adalah pemegang hak cipta dari file konten yang terdapat dalam aplikasi ini dan tidak suka konten Anda ditampilkan, silakan hubungi kami melalui pengembang email dan beri tahu kami tentang status kepemilikan Anda pada konten tersebut.