Mengikat Makna di Jagad Maya

About Mengikat Makna di Jagad Maya

Sekadar Pengantar
Kata, Rasa, dan Asa

Bermula dari kata, menghadirkan sebuah rasa, berujung pada terciptanya asa. Kata adalah kekuatan seorang penulis. Darinya ia berusaha mengikat makna. Dengannya ia mencipta karya. Dan melalui kata seorang penulis berusaha mewujudkan asa.

Kata yang terangkai adalah ungkapan rasa yang terurai. Meski tidak mewakili seluruh rasa, tetapi menjadi penanda isi hatinya. Ya, isi hati yang terdalam dari penulis tentu tak seorang pun tahu. Hanya dia dan Tuhan yang mengetahuinya. Maka, untuk membaca isi hati seorang penulis, lihatlah tulisan-tulisannya. Meski, sekali lagi tidak mewakili seluruh rasa yang ada di lubuk hatinya, setidaknya itulah cerminan dirinya yang terluar, yang tersurat, dan yang terbaca.

Dalam buku ini, penulis membagi empat tema besar yang masing-masing berisi sejumlah tulisan. Empat tema besar tersebut adalah:

Pertama, Aku dan Hasrat Menulisku. Pada tema ini, penulis menceritakan hasrat yang begitu menggebu, gairah yang terus menggelora, serta semangat yang selalu membara dalam diri penulis untuk terus menulis dan menulis terus. Penulis menjelaskan alasan mengapa menulis, nikmatnya menulis, hingga cita-cita untuk menulis sebuah buku khusus tentang pengalaman menulis dan suka-duka menjadi penulis. Karena berisi tentang hasrat, gairah dan semangat, maka gaya tulisan pun lebih mengarah pada motivasi serta inspirasi untuk menulis.

Kedua, Aku dan Rasaku. Pada tema ini, penulis mengungkapkan segala tentang rasa yang penulis alami dan rasakan. Tentang cinta, tentang naluri seorang lelaki, tentang jomblo, tentang mantan, juga tentang romantisme bersama pasangan. Karena berbicara tentang rasa, maka gaya penulisan di tema kedua ini lebih komunikatif, dengan bahasa sedikit alay diselingi joke-joke segar.

Ketiga, Aku dan Nalarku. Pada tema ini, penulis berusaha menyikapi beragam fenomena sosial-keagamaan dengan mengedepankan daya kritisisme ilmiah. Penulis mengungkapkan tentang kegelisahan atas model dakwah di media yang seringkali jauh dari harapan. Para dai dan penutur agama di media seringkali hanya memenuhi tuntutan dari pihak stasiun televisi, sehingga dakwa yang disampaikan alih-alih mencerdaskan dengan menggugah umat, justru hanya sebatas formalitas tanpa makna, dan berujung pada bisnis semata. Penulis juga cukup gerah dengan fenomena keberagamaan yang menafikan nilai-nilai etika dan akhlak. Dalam tulisan lainnya, penulis menekankan pentingnya kesalehan sosial, agar nilai ajaran agama mewujud secara nyata dalam kehidupan. Karena berisi tentang nalar-kritis, maka model penulisan di bagian ketiga ini bersifat kritis-ilmiah, meski tetap menggunakan bahasa yang mudah dipahami khalayak pembaca secara luas.

Keempat, Aku dan Renunganku. Pada tema ini, penulis menghadirkan tulisan-tulisan yang merupakan hasil perenungan penulis atas fenomena kehidupan sehari-hari. Penulis berusaha mendasari tulisannya pada nilai-nilai ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw, dengan menggunakan alat bantu berupa karya-karya ulama terdahulu, juga karya-karya sarjana muslim kontemporer. Pada bagian ini penulis berusaha menjelaskan tentang makna niat, fitrah, berkah, nikmat, kejujuran, kebaikan dan keburukan, keikhlasan serta beragam tema lainnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia beragama. Karena merupakan hasil perenungan, maka gaya tulisan ini adalah reflektif-kontemplatif.

Inilah gambaran sekilas tentang isi buku ini. Meski berasal dari status yang diunggah ke media sosial, penulis berusaha agar pembaca tetap merasa nyaman menikmati lembar demi lembar buku ini, dan tetap dapat menarik benang merah dari keseluruhan tema serta tulisan yang ada, layaknya sebuah buku utuh.

Atas segala khilaf dan kekeliruan yang terdapat di buku ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jika ada kebaikan dan manfaat dari buku ini, semata-mata berasal dari Allah Swt.

Akhirnya, melalui untaian kata akan tercipta rasa, untuk mewujudkan asa. Semoga.

Brebes, 12 April 2018
Salam,

Didi Junaedi